Kesungguhan
Akan Berbuah Hasil
Reza
adalah seorang anak yang berasal dari keluarga miskin, ayah nya yang
sehari-hari hanya berkerja sebagai seorang
buruh serabutan dan ibunya hanya tukang cuci baju tetangganya. Sejak
kecil Reza memang ingin sekali menjadi seorang atlit badminton yang terkenal.
Tapi karena keterbatasan ekonomi dia hanya dapat bermimpi walaupun sebenarnya
dia bisa. Dia adalah anak yang sekolah karena mendapat beasiswa untuk anak yang
kurang mampu. Saat ini dia duduk dikelas XI IPA SMA Taruna Bangsa.
Sehabis
pulang sekolah Reza selalu menyempatkan diri untuk membantu orang tuanya
mencari barang bekas di perumahan yang biasanya ia lewati sepulang sekolah.
Ternyata ada teman sekelasnya yang bernama Rafi tinggal di perumahan itu. Rafi
memang anak orang kaya yang juga pandai bermain badminton, dia kerap sekali
memenangi pertandingan badminton antar sekolah, tetapi Rafi adalah anak yang
sombong dan jahil, dia suka mem-bully
Reza di sekolah karena dia merasa iri dengan kemahiran bermain badminton Reza.
Ketika
Reza sedang mencari barang bekas di depan rumahnya, Rafi membuka pintu rumahnya
dan secara sengaja melemparkan sebuah raket jelek yang sedikit berkarat tetapi
masih layak pakai di depan Reza.
“Makan
tuh raket, aku tau kamu ingin sekali punya raket tapi kamu tidak mampu untuk
membelinya kan?” ujar Rafi sambil ketawa dan mengejek “Dasar orang miskin masih
untung aku kasih kamu raket.” Sambung Rafi dengan nada yang sengak.
Reza
hanya terdiam dan berusaha tegar walaupun sebenarnya dia sangat sedih dan sakit
hati dengan perkataan Rafi tadi. Akhirnya dia pulang dengan membawa raket bekas
itu dan barang – barang hasil pulungannya.
Ketika
Reza sampai di rumah gubuknya dengan membawa uang yang tidak seberapa dan raket
bekas yang dilempar Rafi tadi. Ia pun memberikan semua uang hasil bekerjanya
kepada ayahnya.
“Ayah,
ini adalah uang hasil memulung ku hari ini memang sedikit tetapi paling tidak
ini bisa untuk makan kita hari ini.” Kata Reza dengan raut wajah yang terlihat
sedih.
”Alhamdulillah
terimakasih ya nak ayah sangat bangga padamu.” Jawab ayah kepada Reza. Lalu
ayah melihat raket yang diletakkan Reza diatas meja kecil.
“Dari
mana kamu mendapatkan raket ini Za?” Tanya ayah kepada Reza.
“Reza
mendapatkan raket ini dari teman ku yang tinggal di perumahan dekat sekolah
yah..” Jawab Reza dengan seolah-olah tidak ada masalah dengan raket itu.
“Alhamdulillah
deh kamu sudah punya raket sekarang walaupun raketnya kayak gini tapi masih
bisa terpakai dan tidak perlu kebingungan untuk mencari pinjaman raket kepada
temanmu lagi jika sedang ada pertandingan di sekolah.” Kata ayah Reza.
Ketika
ada waktu luang ayahnya selalu menyempatkan diri untuk mengajarkan Reza bermain
badminton dengan teknik & cara yang tepat dalam mengalahkan lawan karena
ayahnya dulu sempat menjadi atlet badminton dan pernah menjuarai pertandingan
nasional antar kota sebelum dia mempunyai penyakit ganas yang pernah menyerang
tubuhnya di waktu muda, dan karena itu pula sekarang ayah Reza pun hidup miskin
karena semua harta, aset rumah sudah habis terjual demi menyembukan penyakit
yang pernah menyerang ayahnya dulu.
Keesokan
harinya disekolah saat latihan Kak Harry pelatih badminton di SMA Taruna Bangsa
mengumumkan bahwa di awal bulan depan akan ada pertandingan badminton antar SMA
se-propinsi DIY. Dengan sangat antusias dan semangat Reza pun berkata kepada
Kak Harry bahwa dia bersedia mengikuti pertandingan itu. Tetapi Rafi
mengejeknya.
“Mana bisa orang miskin ikut pertandingan itu
pertandingan itu kan butuh biaya juga, apa dia bisa membayarnya? raket saja dia
punya dari hasil memulung. hahaha.” Hina Rafi kepada Reza.
“Siapapun
bisa ikut pertandingan itu, nanti kan juga akan diseleksi. Untuk masalah biaya,
raket, dan lainnya. semuanya akan diberikan dari sekolah. Yang penting siapa
wakilnya dialah yang berhak mendapatkannya.” Ujar Kak Harry dengan bijaksana.
Dua
minggu kemudian, babak seleksi telah selesai dan kini tersisa dua orang yaitu
Reza dan Rafi yang sama – sama kuat
untuk siap bertanding. Karena setiap sekolah hanya wajib menunjuk satu wakil maka
mau tidak mau satu diantara mereka harus ada yang di eliminasi. Dan akhirnya
orang yang bisa mewakili sekolah adalah Reza dengan selisih satu poin dengan
Rafi.
Tiga
minggu kemudian, tibalah dimana saat-saat yang menegangkan dimulai. Semua pertandingan
telah berhasil dilalui Reza dan akhirnyapun dia masuk babak grand final, Reza
pun telah bermain di babak grand final. Sesi pertama Reza unggul 21-17 . sesi
kedua Reza hanya mendapat skor 20-21 . karena harus ada sesi penentuan sekali
lagi maka dengan optimis, yakin, dan usahanya juga tidak lepas dari do’a orang-orang
disekitarnya yang sayang padanya akhirnya Reza menang dengan skor 21-13 di
akhir permainan. Dengan hati yang bangga dan bersyukur dia sangat senang dia
menangis bahagia. Dia tidak menyangka jika dia bisa memenangkan pertandingan
badminton antar SMA se-DIY. dengan bercucuran keringat dan air matanya Reza
mendapatkan medali emas dari bapak gurbernur DIY.
Sebab
itulah Reza tidak pernah behenti berusaha dan selalu tabah atas semua cibiran
bahkan hinaan yang pernah diberikan untuknya. Walaupun pertandingan itu baru
tingkat provinsi, tetapi pihak panitia akan berencana untuk membawa Reza ke
tingkat nasional. Dua bulan lagi dia akan terbang ke Jakarta untuk mewakili
provinsi DIY disana.
Untuk
itu maka ingatlah “Man Jadda Wa Jadda.”
Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil.
=SELESAI=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar