Senin, 17 Oktober 2016

Cerita Motivasi

Kesungguhan Akan Berbuah Hasil

Reza adalah seorang anak yang berasal dari keluarga miskin, ayah nya yang sehari-hari hanya berkerja sebagai seorang  buruh serabutan dan ibunya hanya tukang cuci baju tetangganya. Sejak kecil Reza memang ingin sekali menjadi seorang atlit badminton yang terkenal. Tapi karena keterbatasan ekonomi dia hanya dapat bermimpi walaupun sebenarnya dia bisa. Dia adalah anak yang sekolah karena mendapat beasiswa untuk anak yang kurang mampu. Saat ini dia duduk dikelas XI IPA SMA Taruna Bangsa.
Sehabis pulang sekolah Reza selalu menyempatkan diri untuk membantu orang tuanya mencari barang bekas di perumahan yang biasanya ia lewati sepulang sekolah. Ternyata ada teman sekelasnya yang bernama Rafi tinggal di perumahan itu. Rafi memang anak orang kaya yang juga pandai bermain badminton, dia kerap sekali memenangi pertandingan badminton antar sekolah, tetapi Rafi adalah anak yang sombong dan jahil, dia suka mem-bully Reza di sekolah karena dia merasa iri dengan kemahiran bermain badminton Reza.
Ketika Reza sedang mencari barang bekas di depan rumahnya, Rafi membuka pintu rumahnya dan secara sengaja melemparkan sebuah raket jelek yang sedikit berkarat tetapi masih layak pakai di depan Reza.
“Makan tuh raket, aku tau kamu ingin sekali punya raket tapi kamu tidak mampu untuk membelinya kan?” ujar Rafi sambil ketawa dan mengejek “Dasar orang miskin masih untung aku kasih kamu raket.” Sambung Rafi dengan nada yang sengak.
Reza hanya terdiam dan berusaha tegar walaupun sebenarnya dia sangat sedih dan sakit hati dengan perkataan Rafi tadi. Akhirnya dia pulang dengan membawa raket bekas itu dan barang – barang hasil pulungannya.
Ketika Reza sampai di rumah gubuknya dengan membawa uang yang tidak seberapa dan raket bekas yang dilempar Rafi tadi. Ia pun memberikan semua uang hasil bekerjanya kepada ayahnya.
“Ayah, ini adalah uang hasil memulung ku hari ini memang sedikit tetapi paling tidak ini bisa untuk makan kita hari ini.” Kata Reza dengan raut wajah yang terlihat sedih.
”Alhamdulillah terimakasih ya nak ayah sangat bangga padamu.” Jawab ayah kepada Reza. Lalu ayah melihat raket yang diletakkan Reza diatas meja kecil.
“Dari mana kamu mendapatkan raket ini Za?” Tanya ayah kepada Reza.
“Reza mendapatkan raket ini dari teman ku yang tinggal di perumahan dekat sekolah yah..” Jawab Reza dengan seolah-olah tidak ada masalah dengan raket itu.
“Alhamdulillah deh kamu sudah punya raket sekarang walaupun raketnya kayak gini tapi masih bisa terpakai dan tidak perlu kebingungan untuk mencari pinjaman raket kepada temanmu lagi jika sedang ada pertandingan di sekolah.” Kata ayah Reza.
Ketika ada waktu luang ayahnya selalu menyempatkan diri untuk mengajarkan Reza bermain badminton dengan teknik & cara yang tepat dalam mengalahkan lawan karena ayahnya dulu sempat menjadi atlet badminton dan pernah menjuarai pertandingan nasional antar kota sebelum dia mempunyai penyakit ganas yang pernah menyerang tubuhnya di waktu muda, dan karena itu pula sekarang ayah Reza pun hidup miskin karena semua harta, aset rumah sudah habis terjual demi menyembukan penyakit yang pernah menyerang ayahnya dulu.
Keesokan harinya disekolah saat latihan Kak Harry pelatih badminton di SMA Taruna Bangsa mengumumkan bahwa di awal bulan depan akan ada pertandingan badminton antar SMA se-propinsi DIY. Dengan sangat antusias dan semangat Reza pun berkata kepada Kak Harry bahwa dia bersedia mengikuti pertandingan itu. Tetapi Rafi mengejeknya.
 “Mana bisa orang miskin ikut pertandingan itu pertandingan itu kan butuh biaya juga, apa dia bisa membayarnya? raket saja dia punya dari hasil memulung. hahaha.” Hina Rafi kepada Reza.
“Siapapun bisa ikut pertandingan itu, nanti kan juga akan diseleksi. Untuk masalah biaya, raket, dan lainnya. semuanya akan diberikan dari sekolah. Yang penting siapa wakilnya dialah yang berhak mendapatkannya.” Ujar Kak Harry dengan bijaksana.
Dua minggu kemudian, babak seleksi telah selesai dan kini tersisa dua orang yaitu Reza dan Rafi  yang sama – sama kuat untuk siap bertanding. Karena setiap sekolah hanya wajib menunjuk satu wakil maka mau tidak mau satu diantara mereka harus ada yang di eliminasi. Dan akhirnya orang yang bisa mewakili sekolah adalah Reza dengan selisih satu poin dengan Rafi.
Tiga minggu kemudian, tibalah dimana saat-saat yang menegangkan dimulai. Semua pertandingan telah berhasil dilalui Reza dan akhirnyapun dia masuk babak grand final, Reza pun telah bermain di babak grand final. Sesi pertama Reza unggul 21-17 . sesi kedua Reza hanya mendapat skor 20-21 . karena harus ada sesi penentuan sekali lagi maka dengan optimis, yakin, dan usahanya juga tidak lepas dari do’a orang-orang disekitarnya yang sayang padanya akhirnya Reza menang dengan skor 21-13 di akhir permainan. Dengan hati yang bangga dan bersyukur dia sangat senang dia menangis bahagia. Dia tidak menyangka jika dia bisa memenangkan pertandingan badminton antar SMA se-DIY. dengan bercucuran keringat dan air matanya Reza mendapatkan medali emas dari bapak gurbernur DIY.
Sebab itulah Reza tidak pernah behenti berusaha dan selalu tabah atas semua cibiran bahkan hinaan yang pernah diberikan untuknya. Walaupun pertandingan itu baru tingkat provinsi, tetapi pihak panitia akan berencana untuk membawa Reza ke tingkat nasional. Dua bulan lagi dia akan terbang ke Jakarta untuk mewakili provinsi DIY disana.
Untuk itu maka ingatlah “Man Jadda Wa Jadda.” Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil.

=SELESAI=




"Sebenarnya cerpen ini saya buat sewaktu saya duduk di kelas X (kelas satu SMA) dan hanya untuk tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia. Nama tokoh ini saya ambil dari nama-nama teman saya di SD dan SMP. Dan untuk kisah yang berlatar belakang Badminton ini saya ambil dari beberapa teman dekat saya yang dia adalah seorang atlet Badminton, walaupun saya sendiri juga ga bisa main Badminton wkwk =D (malah jadi curhat)"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar