Selasa, 18 Oktober 2016

Romantic Story



Hubungan Maya
            Satu tahun lalu aku mengkuti olimpiade sains tingkat SMA se Propinsi DIY. Disitu aku bertemu dengan seorang lelaki yang tidak sengaja bersenggol denganku saat aku keluar dari  toilet untuk menuju ke koridor Dinas Pendidikan tingkat Propinsi. Tiba-tiba..
            “ Eh maaf ya..” Kata lelaki itu
            “ Iya nggak papa kok” Jawabku dengan senyum
            Menurutku setelah aku bertemu dengan orang itu, aku merasa seperti ada sesuatu yang berbeda dengan diriku. Namun entahlah, aku tak akan terlalu memikirkan hal itu karena aku harus fokus dengan pertandingan ini demi nama baik sekolah ku.
            Setelah beberapa seleksi yang telah kulalui, akhirnya aku masuk ke babak penyisihan. Tinggal dua peserta yang ada di babak ini yaitu aku dan lelaki yang tadi ku temui di depan toilet.
            “ Hai,” Sapa lelaki itu dengan senyuman manis yang membuatku merasa malu
            “ Ha., hai ” Balasku dengan sedikit malu
            “ Dari SMA mana?” Tanyanya kepadaku
            “ Dari SMA Bharata Jaya” Jawabku
            Itulah sekilas yang kita bicarakan. Tak lama kemudian juri akan mengumumkan siapakah pemenang di olimpiade ini.
            “ Dan juara pertama untuk olimpiade sains tahun ini adalah… Hanifah Kamaya dari SMA Bharata Jaya Yogyakarta dengan skor 990 dari 1000”
            Betapa senangnya aku waktu itu, aku sangat tidak menyangka bahwa akulah yang mendapat juara I OSN tingkat propinsi saat itu. Sebelum aku naik di depan audience bersama guruku, aku sempat bertemu lelaki itu lagi dan dia menemuiku sebentar.
            “ Tunggu! Selamat ya Hanifah Kamaya” kata lelaki itu sembari menganggukkan kepalanya sebagai rasa hormat
            “ Ha.. iya, iya terimakasih ya” kata ku dengan canggung dan terburu-buru
            “ Dia menyebut nama ku.. oh my god” kata ku dalam hati. Yang selalu terngiang adalah suara nya saat dia menyebut namaku. Namun aku selalu berfikir jika aku tak boleh terlalu berharap.
            Seminggu setelah olimpiade itu aku iseng membuka facebook ku yang memang sudah jarang aku buka selama beberapa minggu ini. Beberapa pemberitahuan muncul. Namun, dari beberapa permintaan pertemanan yang muncul, ada satu yang membuat ku penasaran dari seorang lelaki bernama “Ibrahim Yusuf” dilihat dari fotonya sepertinya aku pernah melihatnya. Dan akhirnya aku menerima permintaan pertemanannya
            Beberapa menit kemudian….
            “ Assalmualaikum, Hanifah Kamaya sekali lagi selamat ya atas kemenangan mu di OSN seminggu yang lalu. Aku peserta yang waktu itu juga masuk dibabak semi final” sebuah pesan yang muncul tiba-tiba di dinding fb ku
            “ Waalaikumsalam, iyaa terimakasih ya mmm…” balasku bingung harus memanggil dia siapa
            “ Nama ku Ibrahim panggil saja Baim aku dari SMA Abu Bakar Ali. Aku harus panggil kamu siapa?”
            “ Panggil saja aku Maya. Senang berkenalan denganmu. Berarti kamu anak asrama ya?”
            …….
            Begitu seterusnya, kita saling bertanya satu sama lain, bercanda, dan lain-lain. Sampai lupa waktu. Kita semakin dekat semenjak itu.
            Baim adalah anak kelas XI IPA di sekolahnya namun dia juga tinggal di asrama sekolah itu. Dia berasal dari Aceh dan di kota ini dia bersama dengan kakaknya yang masih kuliah sekaligus menjadi ustadz di asrama itu. Dia anak yang baik, ramah, lucu, dan juga tampan. Itulah yang selalu teringat di pikiranku dan dialah alasan mengapa aku jadi sering membuka facebook akhir-akhir ini. Namun dia hanya bisa memegang handphone nya jika dia sedang diluar asrama dan jika mendapat ijin dari kakaknya yang juga sebagai pembinanya selama di asrama. Bahkan disaat aku sedang belajar, makan, bahkan tidur aku selalu mengingatnya. Seperti sedang jatuh cinta, yaa itulah yang aku rasakan semenjak aku mengenal nya sampai saat ini.
            Satu bulan berlalu aku dan baim pun jadi semakin dekat, dia sering memperhatikan ku, setiap dia sedang mendapat ijin untuk memegang hp pasti dia selalu mengabariku dan apapun itu. Suatu saat dia bertanya padaku ;
            “ Hanifah Kamaya apakah aku boleh jujur tentang perasaanku selama ini?”
            “ Yaa tentu saja Baim, Silahkan”
            “ Maya, sebenarnya semenjak aku melihat kamu pertama kali pada saat kita bertemu di koridor. aku melihatmu  seperti ada yang berbeda ada sesuatu yang berkata di dalam hati kecilku ini. Dan aku harap kamu pun juga merasakannya. Maya, a..a aku suka padamu melebihi dari seorang sahabat” itulah kata-kata yang diungkapkan oleh Baim.
            “ Ya, Baim aku sangat mengerti perasaanmu dan saat itu juga aku pun merasakan hal yang sama. Aku sangat kagum padamu dengan semua bakat-bakatmu dan aku juga sangat suka padamu. Dan aku juga sayang padamu Baim” jawabku jujur kepadanya.
            Semenjak saat itulah kita resmi jadian. Ya, kita hanya bisa chatting an, SMS an jika dia ada waktu yang memungkinkan. Kadang-kadang kita teleponan jika dia sedang pergi keluar sekolah. Ya, sekedar itulah komunikasi kita selama pacaran. Namun kita saling support satu sama lain, kita juga mengerti satu sama lain walaupun kita tidak pernah bertemu sekalipun.
            Tetapi semenjak itu prestasi ku jadi menurun dan ibuku mengancam akan menyita handphone dan laptop ku, jika prestasiku terus menurun.
            “ Maya, sebenarnya apa yang sedang terjadi padamu saat ini, prestasi mu akhir-akhir ini terus menurun, bahkan ibu juga jarang melihat kamu mengulangi pelajaran mu lagi se usai sekolah. Malah kamu mainan hp dan laptop mu terus. Apa perlu ibu sita!” tegas ibu kepadaku.
            “ maafkan maya bu, maya janji tidak akan mengulaginya lagi. Tapi jangan sita hp dan laptop maya bu. Maya mohon”
            “ apakah kamu bisa menaikkan nilai-nilai ulangan mu seperti dulu lagi?”
            “ iya bu, Maya bisa” kata ku sambil menangis
            Setelah aku pikir-pikir dan aku juga memohon petunjuk kepada Allah swt, seperti apa yang pernah dikatakan oleh Baim kepadaku bahwa jika kita ingin minta petnjuk minta sama Allah swt. Akupun memutuskan untuk menyudahi hubunganku dengan Baim yang telah berjalan selama 2 bulan ini.
            Aku juga telah mengatakan semua pada baim dan dengan terpaksa Baim harus rela melepaskan hubungan ini dan kembali menjadi teman biasa.
            “ aku minta maaf banget im atas semua kejujuran ku ini tapi aku janji kita masih bisa menjadi teman” dengan berat hati sebenarnya aku katakan ini kepada Baim
            “ Maya, demi Allah aku sayang banget sama kamu sampai saat ini. Aku gak mau kehilangan kamu”
            “ Baim aku mohon kamu jangan terus seperti itu. Jujur aku juga masih sayang sama kamu”
            “ tapi baiklah kalau seperti itu. Kan ini juga demi kebaikanmu”
            “ makasih Baim, kamu udah mau ngertiin aku. Aku tidak akan buka fb ini selama 2 minggu ini karena aku mau ujian”
           
            Ujian telah berlalu dan hasilnya memuaskan karena aku kembali menjadi Maya yang nilainya bagus lagi. Untuk pertama kalinya selama 2 mingguan lebih aku membuka facebook. Ya, aku stalk atau mengintip fb milik Baim dan mengejutkan. Ternyata selama kita putus Baim sering menulis status-status galau dan apapun tentang kita termasuk olimpiade itu.
                       
            Untuk pertama kalinya aku chat sama Baim lagi.
            “ Kamu kenapa im?”
            “ aku tau kamu tau apa yang aku rasakan saat ini”
            “ ya, Baim aku tau perasaanmu, sangat tau”
            “Maya andaikan kamu tau bahwa aku sangat menyesal karena aku dulu terlalu berlebihan dalam menghubungimu sampai kamu seperti itu. Dan andaikan aku dapat mengulangi waktu itu berilah aku kesempatan lagi Maya”
            “ ya,, aku tau sebenarnya aku ingin tapi…”
            “ Tapi? Tapi apa maya?
            “ Baiklah aku mau kita kembali lagi Baim J
            Dan di masa pacaran kita yang kedua ini kita lebih banyak berubah, diantaranya dia hanya mau menghubungiku jika aku telah selesai belajar, dia lebih banyak memberiku motivasi sehingga aku lebih giat lagi belajarnya, dan dia mengajariku banyak tentang agama. Dan sekarang aku yang lebih merasa tidak mau kehilangan dia.
            Lima bulan sudah kita menjalani hubungan ini, kita sama-sama nyaman dengan hubungan yang sekarang ini. Namun sebuah pernyataan dari Baim yang membuatku down dan juga sedih. Seperti biasa kita berkomunikasi lewat pesan facebook.
            “ Maya aku sangat sayang sama kamu”
            “ iya im. Aku juga :D :P”
            “ Tapi ada yang ingin aku katakan sama kamu”
            “ apa?”
            “ besok aku akan pindah ke Aceh lagi dan menetap disana”
            “ Hah Baim.. ouh aku nggak mau kamu pergi”
            “ ya aku tau. Tapi, Abi ku di Aceh meninggal dunia dan aku bersama kakak ku akan pindah disana untuk menemani Umi yang sendiri di sana”
            Innalillahi wa inalillahi rojiun Baim aku ikut berduka cita yaa L :’( aku juga jadi sedih”
            “ iya maya makasih,, tapi maaf aku harus berkata ini kepada mu”
            “iya Baim?”
            “ Aku.. mmm.. karena aku akan ada di aceh dan kamu di jogja, jadi aku pikir kita harus menyudahi hubungan ini”
            “ iyaa im, aku tau jika kamu akan berkata seperti itu.. aku sangat mengerti im.. iya aku tau kok im.. :’)” dengan tegar aku berkata itu kepada Baim
            “ aku minta maaf yaa Maya”
            “ iya Baim, Love you”
            “ Love you to Maya”
            Dan itulah kata-kata terakhir yang Baim katakan kepadaku setelah kita menyudahi hubungan yang hanya lewat dunia maya ini.
Semenjak itulah aku mencoba untuk melupakan Baim meski berat. Dan ini status terakhir di facebook nya yang membuat aku sempat menangis.

~SELESAI~
By: Rezki ihya (XII IPA 2 / 12)

Senin, 17 Oktober 2016

Cerita Motivasi

Kesungguhan Akan Berbuah Hasil

Reza adalah seorang anak yang berasal dari keluarga miskin, ayah nya yang sehari-hari hanya berkerja sebagai seorang  buruh serabutan dan ibunya hanya tukang cuci baju tetangganya. Sejak kecil Reza memang ingin sekali menjadi seorang atlit badminton yang terkenal. Tapi karena keterbatasan ekonomi dia hanya dapat bermimpi walaupun sebenarnya dia bisa. Dia adalah anak yang sekolah karena mendapat beasiswa untuk anak yang kurang mampu. Saat ini dia duduk dikelas XI IPA SMA Taruna Bangsa.
Sehabis pulang sekolah Reza selalu menyempatkan diri untuk membantu orang tuanya mencari barang bekas di perumahan yang biasanya ia lewati sepulang sekolah. Ternyata ada teman sekelasnya yang bernama Rafi tinggal di perumahan itu. Rafi memang anak orang kaya yang juga pandai bermain badminton, dia kerap sekali memenangi pertandingan badminton antar sekolah, tetapi Rafi adalah anak yang sombong dan jahil, dia suka mem-bully Reza di sekolah karena dia merasa iri dengan kemahiran bermain badminton Reza.
Ketika Reza sedang mencari barang bekas di depan rumahnya, Rafi membuka pintu rumahnya dan secara sengaja melemparkan sebuah raket jelek yang sedikit berkarat tetapi masih layak pakai di depan Reza.
“Makan tuh raket, aku tau kamu ingin sekali punya raket tapi kamu tidak mampu untuk membelinya kan?” ujar Rafi sambil ketawa dan mengejek “Dasar orang miskin masih untung aku kasih kamu raket.” Sambung Rafi dengan nada yang sengak.
Reza hanya terdiam dan berusaha tegar walaupun sebenarnya dia sangat sedih dan sakit hati dengan perkataan Rafi tadi. Akhirnya dia pulang dengan membawa raket bekas itu dan barang – barang hasil pulungannya.
Ketika Reza sampai di rumah gubuknya dengan membawa uang yang tidak seberapa dan raket bekas yang dilempar Rafi tadi. Ia pun memberikan semua uang hasil bekerjanya kepada ayahnya.
“Ayah, ini adalah uang hasil memulung ku hari ini memang sedikit tetapi paling tidak ini bisa untuk makan kita hari ini.” Kata Reza dengan raut wajah yang terlihat sedih.
”Alhamdulillah terimakasih ya nak ayah sangat bangga padamu.” Jawab ayah kepada Reza. Lalu ayah melihat raket yang diletakkan Reza diatas meja kecil.
“Dari mana kamu mendapatkan raket ini Za?” Tanya ayah kepada Reza.
“Reza mendapatkan raket ini dari teman ku yang tinggal di perumahan dekat sekolah yah..” Jawab Reza dengan seolah-olah tidak ada masalah dengan raket itu.
“Alhamdulillah deh kamu sudah punya raket sekarang walaupun raketnya kayak gini tapi masih bisa terpakai dan tidak perlu kebingungan untuk mencari pinjaman raket kepada temanmu lagi jika sedang ada pertandingan di sekolah.” Kata ayah Reza.
Ketika ada waktu luang ayahnya selalu menyempatkan diri untuk mengajarkan Reza bermain badminton dengan teknik & cara yang tepat dalam mengalahkan lawan karena ayahnya dulu sempat menjadi atlet badminton dan pernah menjuarai pertandingan nasional antar kota sebelum dia mempunyai penyakit ganas yang pernah menyerang tubuhnya di waktu muda, dan karena itu pula sekarang ayah Reza pun hidup miskin karena semua harta, aset rumah sudah habis terjual demi menyembukan penyakit yang pernah menyerang ayahnya dulu.
Keesokan harinya disekolah saat latihan Kak Harry pelatih badminton di SMA Taruna Bangsa mengumumkan bahwa di awal bulan depan akan ada pertandingan badminton antar SMA se-propinsi DIY. Dengan sangat antusias dan semangat Reza pun berkata kepada Kak Harry bahwa dia bersedia mengikuti pertandingan itu. Tetapi Rafi mengejeknya.
 “Mana bisa orang miskin ikut pertandingan itu pertandingan itu kan butuh biaya juga, apa dia bisa membayarnya? raket saja dia punya dari hasil memulung. hahaha.” Hina Rafi kepada Reza.
“Siapapun bisa ikut pertandingan itu, nanti kan juga akan diseleksi. Untuk masalah biaya, raket, dan lainnya. semuanya akan diberikan dari sekolah. Yang penting siapa wakilnya dialah yang berhak mendapatkannya.” Ujar Kak Harry dengan bijaksana.
Dua minggu kemudian, babak seleksi telah selesai dan kini tersisa dua orang yaitu Reza dan Rafi  yang sama – sama kuat untuk siap bertanding. Karena setiap sekolah hanya wajib menunjuk satu wakil maka mau tidak mau satu diantara mereka harus ada yang di eliminasi. Dan akhirnya orang yang bisa mewakili sekolah adalah Reza dengan selisih satu poin dengan Rafi.
Tiga minggu kemudian, tibalah dimana saat-saat yang menegangkan dimulai. Semua pertandingan telah berhasil dilalui Reza dan akhirnyapun dia masuk babak grand final, Reza pun telah bermain di babak grand final. Sesi pertama Reza unggul 21-17 . sesi kedua Reza hanya mendapat skor 20-21 . karena harus ada sesi penentuan sekali lagi maka dengan optimis, yakin, dan usahanya juga tidak lepas dari do’a orang-orang disekitarnya yang sayang padanya akhirnya Reza menang dengan skor 21-13 di akhir permainan. Dengan hati yang bangga dan bersyukur dia sangat senang dia menangis bahagia. Dia tidak menyangka jika dia bisa memenangkan pertandingan badminton antar SMA se-DIY. dengan bercucuran keringat dan air matanya Reza mendapatkan medali emas dari bapak gurbernur DIY.
Sebab itulah Reza tidak pernah behenti berusaha dan selalu tabah atas semua cibiran bahkan hinaan yang pernah diberikan untuknya. Walaupun pertandingan itu baru tingkat provinsi, tetapi pihak panitia akan berencana untuk membawa Reza ke tingkat nasional. Dua bulan lagi dia akan terbang ke Jakarta untuk mewakili provinsi DIY disana.
Untuk itu maka ingatlah “Man Jadda Wa Jadda.” Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil.

=SELESAI=




"Sebenarnya cerpen ini saya buat sewaktu saya duduk di kelas X (kelas satu SMA) dan hanya untuk tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia. Nama tokoh ini saya ambil dari nama-nama teman saya di SD dan SMP. Dan untuk kisah yang berlatar belakang Badminton ini saya ambil dari beberapa teman dekat saya yang dia adalah seorang atlet Badminton, walaupun saya sendiri juga ga bisa main Badminton wkwk =D (malah jadi curhat)"

Minggu, 16 Oktober 2016

Cerita Anak



Hadiah Untuk Vika
Suatu  hari  Aku,  Ayah  dan  Ibu  pergi  kerumah  Nenek  di  luar  kota.  Namun  aku  sedih karena  aku  meninggalkan  Moeza  kucing  kesayanganku  sendiri  dirumah.  Aku  khawatir  jika  nanti dia  hilang  dan  tak  kembali.  Karena  Moe  yang  biasanya  dikandang  sekarang  dilepaskan  supaya Moe  bisa  mencari  makanan  sendiri.
            Dirumah  Nenek  aku  selalu  ingin  cepet-cepat  pulang  dan  bermain  lagi  bersama  Moe.  Namun saat  ini  Nenek  sedang  sakit  jadi  Ayah  dan  Ibu  harus  merawat  Nenek  sampai  sembuh,  baru  kita  bisa  pulang  kerumah.  Aku  sering  menangis  dan  meminta  kepada  Ibu  supaya  kita  cepat  pulang.
            “Ibu,  kapan  kita  pulang?”  Tanyaku  dengan  cemberut
            “Sabar  ya  sayang,  kita  kan  baru  tiga  hari  disini  kok  udah pingin  cepet  pulang?”  jawab  Ibu
            “aku ingin  ketemu  Moe  dan  main-main  lagi  sama  Moe,  kan  Moe  kasian  sendirian  dirumah nanti  kalau  sakit  gimana?”
            “Vika  sayang  Moe  akan  baik-baik  saja  kok,  Ayah  dan  Ibu  harus  menjaga  Nenek  dulu sampai  sembuh  baru  kita  pulang  ya”  jelas  Ibu  kepadaku
            Dua  hari  kemudian  Ayah  dan  Ibu  mengajakku  bermain  di  Waterpark  yang  ada  disana  aku senang  bermain  air,  aku  bermain  sepuasnya  sehingga  aku  lupa  akan  semua  kesedihanku.
            Sudah  seminggu  Aku  dirumah  Nenek  dan  sekarang  Aku  akan  pulang  karena  Nenek  sudah sembuh.  Aku  sudah  tidak  sabar  bertemu  Moe  dirumah.  Dalam  perjalanan  pulang  aku  sudah membelikan  oleh-oleh  untuk  Moe  yaitu  makanan  dan  juga  susu.
            Namun  sesampainya  dirumah  aku  tidak  melihat  Moe  menyambutku.  Aku  menunggunya selama  beberapa  jam  dan  Ayah  juga  mencarinya  ternyata  tidak  ada.  Aku  menangis  karena  Moeza adalah  kucing  yang  sudah  aku  rawat  sejak  kecil  selama  satu  tahun  lamanya.
            Moeza  adalah  kucing  keturunan  Persia  yang  membunyai  bulu  berwarna  kuning  dan  ada corak  putih  di punggungnya.  Setiap  aku  berangkat  dan  pulang  sekolah  aku  tidak  pernah  lupa  untuk   memberinya  makan.  Seusai  sekolah  aku  juga  selalu  bermain  bersama  Moe,  kalau  aku sedang  mengerjakan  PR  dia  selalu  mengolet  manja  dan  menempel  nempelkan  kepalanya  kepadaku. Aku  sangat  sayang  kepada  Moe  dan aku tidak mau kehilangan Moe.
            “Ayah  Ibu  aku  mau Moe  kembali”  Kata  ku  sambil  menangis
            “Vika  tapi  Moe  udah  hilang  dia  gak  bisa  kembali  lagi”  kata Ibu
            “apa  mau  ayah  belikan  kucing  yang  baru  untuk  gantinya”  kata Ayah
            “Vika  gak  mau  Vika  mau  nya  Moe  dan  gak  ada kucing  lain  lagi!”
            Dua  hari  kemudian,  ini  hari  pertama  aku  masuk  sekolah  setelah  libur  semester.  Disekolah  aku  melihat  kucing  yang  hampir  sama  dengan  Moe,  aku  berpikir  itu  adalah  Moe  dan  aku  menghampiri  kucing  itu.
            “ckckck.. Moe.. Moeza” panggilku  dengan  lembut.
            “meaww..”  kucing  itu  menengok  kepadaku
            “yah..  bukan”
            Saat  aku  menunggu  jemputan  Ayah,  Bu  guru  menghampiriku  dan  Bertanya.
            “Vika,  kenapa  hari  ini  kamu  tampak  murung,  gak  biasanya  kamu  seperti  ini?”  Tanya  Bu  guru  yang  penasaran  denganku
            “Vika  sedih  bu  karena  Moeza hilang”
            “Moeza  kucing  kamu  yang  sering  kamu  ceritakan  itu  ya?”
            “Iya  bu”
            “Vika  kamu  gak  boleh  sedih,  inikan  hari  pertama  masuk  sekolah.  Kamu  harus  yakin  kalau  Moeza  itu  baik-baik  saja  ya?”  Ibu  guru  mencoba  menyemangatiku.
            Sesampainya  dirumah  aku  teringat  dengan  Moe  yang  biasanya  dia  menyambutku  untuk  meminta  makanan  dengan  tingkahnya  yang  manja  dan  menggemaskan.  Namun  sekarang  sudah  tidak  lagi.
            Pagi  harinya  aku  demam  dan  tidak  masuk  sekolah,  Aku  dirumah  bersama  ibu.  Sewaktu  aku  dikamar  aku  melihat  kalender  dan  sekarang  adalah  tanggal  4  sedangkan  tanggal  7  adalah  hari  ulang  tahunku.
            “Ibu,  tiga  hari  lagi  aku  ulang  tahun  ya?”  Tanyaku
            “Iya  sayang”  Jawab  Ibu  sambil  tersenyum
            “asik  Vika  mau  ulang  tahun”
            “Iya,  Vika  kamu  harus  cepat  sembuh  ya  dan  kembali  lagi  kesekolah  karena  rencananya  Ayah  dan  ibu  akan  merayakan  ulang  tahun  kamu  di  sekolah.  Kamu  mau  kan?”
            “yee..  Vika  mau  dong  bu.  Oke  sekarang  vika  mau  makan  yang  banyak  biar  Vika  cepat  sembuh”
            “Yap  pinter”
            Tanggal  7  Agustus  di  sekolah.
            Semua  teman-teman  dan  Ibu  guru  ikut  merayakan  ulang  tahunku  yang  ke  enam  tahun.  Mereka  bersalaman  dan  memberikanku  banyak  hadiah  aku  senang  ulang  tahunku  dirayakan  disekolah  bersama  teman-temanku.
            Aku  pulang  bersama  Ayah  dan  Ibu.  Sampai  dirumah  aku  membuka  satu  per  satu  kado  yang  di  berikan  tadi.  Tiba-tiba  ada  yang  datang  kerumah.
            “Hai  Vika  cantik” Ternyata  Om  Dana,  adik  ayah  datang
            “aaa  Om  Danaa”  Aku  lari  dan  menghampirinya
            “Selamat  ulang  tahun  cantik”
            “Makasih  Om  Dana”
            “Oh  iya  om  punya  sesuatu  buat  kamu  kamu  pasti  bakal  seneng  banget”
            “mana  om?”
            “bentar  ya,  tapi  kamu  tutup  mata  dulu”
            Om  Dana  keluar  untuk  mengambil  hadiahnya.  Dan  aku  menutup  mataku  dengan  sedikit  mengitip.
            “sekarang  kamu  buka  mata  kamu”
            Dan….
            “Meaww…”
            “aaa  Moezaaa”  Teriakku  histeris  sekaligus  bahagia  karena  Moe  lah  hadiahnya
            “Iya  Vika  Moe  lah  hadiahnya”  Kata  Ayah  dan  Ibu
            “Ayah  sama  Ibu  tau  semuanya?” Tanyaku  dengan  sedikit  heran
            “Iya,  Ayah  sama  ibu  minta  maaf  ya?”  kata  Ibu
            Jadi,  cerita  sebenarnya  adalah  sebelum  pergi  kerumah Nenek  untuk  liburan  sekaligus menemani  Nenek  yang  sakit.  Ayah  dan  Ibu  telah  merencanakan  semuanya.  Ayah  sengaja  mengeluarkan  Moe  dari  kandangnya  dan  Om  Dana  telah  bersiap  untuk  mengambil  Moe  di  rumah  untuk  di  jaga  dan  sekaligus  untuk  membuat  surprise ulang tahunku.  Walaupun  aku  sempat  sedih  dan  marah  karena  kehilangan  Moe, namun  sekarang  aku  senang  dan  memaklumi  perbuatan  jahil  Ayah  dan  Ibu.  Dan  yang  terpenting  sekarang  adalah  aku  sudah  bisa  bermain  lagi  dengan  Moe  dan  memberinya  makan  lagi  sebelum  dan  sesudah  sekolah.
            “Makasih  ya  Ayah,  Ibu,  dan  Juga  Om  Dana.  Vika  sayang  kalian  semua”
            “Sama-sama  sayang. Jangan  cengeng  lagi  ya  dan  juga  jadi  makin  sayang  sama  Moe  nya.  Oke?”  pesan  Ayah  dan  Ibu
            “Hehe  iya iya”  jawabku  dengan  sedikit  malu
            “Iya  tuh  vik,  semoga  tambah  cantik  dan  nurut  sama  Ayah Ibu  ya”  Harapan  Om Dana  untukku.
            Hari  itu  suasananya  terasa  hangat  dan  menyenangkan  dirumah.  Dan  Moe  juga  semakin  manja  kepadaku  karena  sudah  lama  tak  bermain  denganku.  Dan  sekarang  aku  sadar  bahwa  semua  orang disekelilingku  sanat  sayang  kepadaku.

SELESAI